Selasa, 14 Juni 2011

Sejarah Mafia Besar Dunia ( Yakuza )

Posted by Alex Brian On 13.05 0 komentar


Yakuza sejarah dan dunia mafia

Yakuza dikenal sebagai kelompok mafia sadis dan kejam asal jepang , mereka merajai dunia kejahatan didunia ini untuk tingkat kesadisan dan kekejaman . dalam tulisan ini mencoba mengungkap rahasia,sejarah dan liku-liku tentang yang namanya Yakuza tersebut . Mungkin kita yang suka nonton film-film action atau film2 mafia siudah tidak asing dengan kehadiran grup organisasi mafia Japan ini.

Dengan Tattoo di sekujur tubuh adalah ciri khas atau trade-mark dari Yakuza yang kita kenal selama ini bahkan di dunia disain tattoo dikenal model yakuza tattoo . Berdasarkan survey, tahun 2005 lalu jumlah anggota Yakuza di Jepang diperkirakan ada 86.300 orang.

Sejarah munculnya Yakuza sudah dimulai sejak abad ke 17. Ketika Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan penguasa yang sebelumnya. Pergantian kekuasaan itu menyebabkan lebih dari 500.000 samurai yang sebelumnya menjadi pelayan shogun menjadi kehilangan tuannya.

Mereka kemudian berubah profesi menjadi penjahat. Para ronin (samurai tak bertuan) ini dikenal dengan sebutan kabuki-mono. Sulit sekali membasmi kelompok ini, mereka sangat terlatih, mereka memiliki kode rahasia dan kesetiaan tinggi di antara masing2 anggotanya.

Untuk melindungi kota dari serbuan kabuki-mono, para warga membentuk macchi-yoko, semacam satgas desa yang anggotanya terdiri dari para sukarelawan yang kebanyakan adalah orang biasa. Hebatnya, para macchi-yoko ini ternyata berhasil menggulung habis para bandit kabuki-mono.

Nah, masalahnya, setelah tugasnya selesai, para macchi-yoko ini ternyata enggan kembali ke profesi mereka yang sebelumnya dan memilih jadi preman. Keadaan tersebut diperparah dengan campur tangan shogun yang ikutan memelihara keberadaan macchi-yoko ini.

Ada dua kelas dalam kelompok macchi-yoko. Kelas bakuto (penjudi) dan tekiya (pedagang). Kaum tekiya sering dimanfaatkan untuk memeras dan menipu para pedagang. Sedangkan kaum bakuto lebih sering disewa untuk berjudi melawan para pekerja bangunan. Tujuan shogun adalah agar gaji para pekerja itu habis di meja judi dan tenaga mereka bisa disewa dengan harga murah.

Strategi para bakuto ini untuk mengalahkan lawan-lawannya adalah dengan menggunakan permainan kartu hanafuda. Salah satu konfigurasi kartu yang sering diandalkan para bakuto untuk menjebak lawan mainnya adalah 8-9-3 yang dalam bahasa Jepang disebut Ya-Ku-Za. Itulah sejarahnya, hingga sampai hari ini mereka dikenal dengan sebutan Yakuza.

YakuzaDari kaum bakuto inilah muncul tradisi irezumi (tattoo disekujur badan) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk penyesalan atau hukuman atas kesalahan yang telah diperbuat.

Di jaman modern, Yakuza semakin mantap dengan posisinya sebagai simbol kejahatan dan penindasan. Dari semula yang asalnya pelindung masyarakat, menjadi ditakuti dan dibenci masyarakat.

Group of Yakuza Seperti di jaman-jaman sebelumnya, kaum Yakuza ini sering dimanfaatkan para pemimpin negara untuk mengendalikan rakyat dan menegakkan nasionalisme. Bahkan ketika Jepang berusaha menguasai China pada tahun 1930an, Yakuza dikirim untuk merebut tanah dan mendapatkan hak monopoli sebagai imbalannya. Inget filmnya Fist of Fury nggak... Mungkin begitulah kenyataannya.

Pamor Yakuza mulai redup setelah peristiwa Pearl Harbour. Waktu itu, militer mengambil alih kendali kekuasaan dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza harus memilih, bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara.

Setelah Jepang kalah perang, para anggota Yakuza akhirnya kembali ke masyarakat. Sampai suatu ketika, seorang eks perwira militer bernama Yoshio Kodame berhasil mempersatukan mereka semua. Yakuza pun tumbuh menjadi besar, terutama pada periode 1958-1963.

Saat itu organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang. Melebihi jumlah tentara angkatan darat Jepang waktu itu. Gila nggak...
Yoshio Kodame kemudian terkenal sebagai godfather-nya Yakuza.

Di masa sekarang ini, jumlah anggota Yakuza telah jauh berkurang, tetapi jangan sekali-kali menganggap mereka tidak berbahaya. Bisnis mereka meliputi pachinko, perdagangan ekstasi, prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.

Di era 1980-an, Yakuza berekpansi ke Amerika Serikat, dan membangun bisnis legal untuk mencuci uang mereka di sana. Dalam operasinya, Yakuza membeli aset di Amerika. Salah satu berita yang pernah menggemparkan adalah keterlibatan Prescott Bush, paman dari Presiden George W. Bush, dalam transaksi penjualan perusahaan Aset Management International Financing & Settlements di awal 1990an.

Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002, Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga 50 milyar dolar dalam investasi saham dan perusahaan di Amerika Serikat. Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia yang 36 milyar dolar.

Di Jepang sendiri, Yakuza juga dicurigai ikut berperan dalam keterpurukan perekonomian Jepang selama 10 tahun terakhir ini. Sebagai akibat amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990, banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan mereka tidak disita oleh bank.

Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank. Padahal kenyataannya perusahaan2 tersebut hanyalah sebuah kigyo shatei, alias perusahaan boneka milik Yakuza. Perusahaan2 milik Yakuza ini diperkirakan berhasil memperoleh kredit antara 300-400 milyar dolar, dan sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk organisasi Yakuza. Menghadapi hal seperti ini, banyak pihak bank di Jepang yang tidak bisa berkutik.

Di sisi lain, Yakuza juga kerap memborong aset properti dengan harga miring dari perusahaan yang butuh uang tunai, yang kemudian dijual kembali dengan harga tinggi. Apapun itu, mulai dari apartemen, perkantoran hingga rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, jelas tidak ada yang berani menjadi tetangga mereka. Bisa dipastikan harga properti tersebut langsung jatuh, dan segera naik setelah Yakuza menjualnya.

YAKUZA MODERN
Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi masyarakat – menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan China oleh Jepang tahun 1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.
Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Militer mengambil alih kendali dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Dapat dikatakan pamor Yakuza menjadi tenggelam.
Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodama, seorang eks militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodama berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai yang dipimpin Hisayuki Machii. Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 saat organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodama dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.EKSTASI, PACHINKO DAN PERDAGANGAN SENJATA

Di masa kini, keanggotaan Yakuza diperkirakan telah menurun tajam, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Tulang punggung bisnis ilegal mereka adalah pachinko, perdagangan ampethamine (termasuk ice dan ekstasi), prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.
Di era 1980-an, Yakuza mengembangkan sayap mereka hingga ke Amerika Serikat, dan ikut masuk dalam bisnis legal untuk mencuci uang mereka. Dalam operasinya, Yakuza membeli aset di Amerika dan salah satu yang pernah mencuat ke permukaan adalah keterlibatan Prescott Bush, saudara dari presiden George H.W. Bush dan paman dari Presiden George W. Bush, dalam transaksi penjualan perusahaan Aset Management International Financing & Settlements di awal 1990an.
Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002, Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga 50 milyar dolar dalam investasi saham dan perusahaan di Amerika Serikat. Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia yang 36 milyar dolar.
Di dalam negeri, Yakuza juga ditengarai turut berperan dalam anjloknya ekonomi Jepang selama 10 tahun terakhir. Sebagai akibat amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990, banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan mereka tidak disita oleh bank. Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank pada dasarnya adalah sebuah kigyo shatei, perusahaan boneka miliki Yakuza. Perusahaan milik Yakuza ini diperkirakan memperoleh kredit antara 300-400 milyar dolar, dan sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk organisasi Yakuza. Menghadapi hal seperti ini, bank Jepang jelas tidak bisa berkutik.
Di sisi lain, anggota Yakuza juga kerap membeli aset properti dengan harga miring dari perusahaan yang butuh uang tunai untuk dijual kembali dengan harga tinggi apapun itu mulai dari apartemen, perkantoran hingga rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, tidak ada yang berani jadi tetangga mereka dan alhasil harga properti langsung jatuh, dan segera naik segera setelah Yakuza menjualnya.
Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan politisi Jepang. Beberapa praktik suap telah terbongkar termasuk dalam program tender proyek umum senilai trilyunan yen. Program rekapitalisasi perbankan Jepang yang berlarut-larut tidak kunjung selesai diperparah oleh keterlibatan Yakuza yang sangat berkepentingan dalam bisnis properti dan kredit perbankan. Saat ini perbankan Jepang masih menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira 1,2 Triliun dolar dan membuat ekonomi tidak bertumbuh selama 10 tahun terakhir.

0 komentar:

Posting Komentar